Riwayat Perempuan Tuna Silsilah
Oleh: DAMHURI MUHAMMAD
(Jawa Pos, Minggu, 3 Juni 2012)
Aurora terperangah setelah memperlihatkan
sebuah karya fotonya pada Ivan Radovic. Pose Susana (kakak iparnya) dengan
Diego Dominguez (suaminya) menimbulkan kesan ganjil. Dari cara ia merangkul pinggang
Susana, Ivan menduga kuat bahwa Diego adalah suami Susana. Meski sudah ditegaskan
bahwa lelaki dalam foto itu adalah suaminya--dan suami Susana adalah Eduardo--sangkaan itu tetap menjadi “api dalam
sekam” bagi Aurora. Tak lama berselang, di remang cahaya lentera, Aurora
menyaksikan Diego dan Susana bergumul dengan segenap hasrat tak terbendung di
atas gundukan jerami, tak jauh dari rumah keluarga besar Dominguez.
Begitulah
kerja fotografi yang tak sekadar memotret, tapi juga menyingkap hal-ihwal tak terlihat. “Kita
hanya melihat apa yang ingin kita lihat,” kata Juan Libero, maestro fotografi,
guru Aurora. Mungkin saat membuat pose Susana dan Diego, Aurora ingin melihat
bukti pengkhianatan suaminya. Sejak itu, Aurora memastikan bahwa Diego
menikahinya hanya untuk menutupi kecurigaan pada hubungan gelapnya dengan
Susana. Diego bermohon agar Aurora tidak hengkang dari rumahnya, tidak
membeberkan aib itu pada kakaknya Eduardo--karena itu sama saja dengan membunuh ibunya pelan-pelan.
Dicukupinya semua kebutuhan Aurora, dibebaskannya Aurora menggeluti dunia
fotografi, dan hubungan mereka beralih-rupa menjadi persaudaraan kakak-adik.
Peran dramatik itu hanya bagian kecil dari nestapa Aurora dalam novel Portrait in Sepia karya Isabel Allende ini.
Aurora menyandang
nama “del Valle” milik keluarga bangsawan Cile yang bermukim di San Fransisco,
namun tak pernah tahu siapa ayahnya. Hidup mewah dalam asuhan nenek Paulina del
Valle, tapi dijauhkan dari rasa ingin tahu pada asal-usul. Ikhtiar penyingkapan
riwayat perempuan buta silsilah itu menjadi perhatian utama novel setebal 406
halaman ini. Portrait In Sepia adalah
novel kedua dari trilogi yang berjalan mundur--bermula dari The
Daughter of Fortune (1999) dan berakhir dengan The House of Spirit (1982).
Kisah anak haram (Aurora) mengulang kembali nestapa Eliza Sommers dalam The Daughter of Fortune. Gadis tak
bersilsilah yang tumbuh dalam keluarga aristokrat Inggris di Valparaiso, Cile.
Bayi Eliza ditemukan di depan pintu rumah Rose, dalam kardus dan diselimuti sweater usang. Semula, Jeremy (kakak Rose)
keberatan, tapi karena Rose bersikukuh hendak merawatnya, Jeremy mengalah.
Berbeda dengan Jeremy, saudara Rose yang lain, John Sommers, malah menyambut
Eliza penuh-riang. Eliza bukan orang asing, di ujung kisah diungkap bahwa bayi
itu adalah hasil hubungan gelap John Sommers dengan perempuan masa silam.
Maklumlah, John pelaut ulung. Di setiap pelabuhan yang disinggahinya, selalu ada
perempuan yang berlabuh di pangkuannya.
Ketakmujuran
Eliza setali tiga uang dengan Aurora. Ia juga anak haram dari hubungan Matias
del Valle--salah satu putra Paulina--dengan Lynn Sommers, belasteran Cina-Amerika,
putri pemilik toko kue, sejawat karib Paulina. Orangtua Lynn tak lain adalah Eliza
Sommers yang sejak menikah dengan ahli pengobatan herbal asal Canton, lalu
bermukim di wilayah pecinan, San Fransisco. Lynn yang kecantikannya sukar
dibahasakan, tak tergiur rayuan kecuali oleh Matias. Sementara Matias hanya memperlakukan
Lynn sebagai barang taruhan. Ia hendak membuktikan pada teman-temannya bahwa Aurora
bakal takluk di tangannya. Hubungan main-main itu berbuah kehamilan. Paulina
yang gila kehormatan tak merestui pernikahan Matias dan Lynn, sebab dalam tubuh
Lynn mengalir darah Cina. Ia bersedia membesarkan cucunya, tapi menolak
kehadiran Lynn. Maka, lahirlah bayi bernama Aurora, sementara Lynn meninggal
akibat pendarahan. Severo del Valle menyematkan nama “del Valle” di belakang
nama Aurora. Atas dasar cinta yang tak diragukan, tanpa sepengetahuan bibi
Paulina, Severo menikahi Lynn, dan bersedia menjadi ayah yuridis Aurora.
Dunia imajiner
dalam novel-novel Isabel Allende identik dengan orang-orang tersingkir, atau
dalam bahasa Isabel; orang-orang di luar payung besar kemapanan. “Saya berpihak
pada mereka yang tersingkir. Mereka tidak mungkin dapat perlindungan,”
ungkapnya dalam sebuah wawancara. Mungkin maksud Isabel, orang-orang terusir,
sebagaimana dirinya. Setelah presiden Salvador Allende terbunuh dalam huru-hara
kudeta militer pimpinan Augusto Pinochet (1974), ia meninggalkan Cile. “Kami
mengira akan tinggal beberapa bulan saja di Venezuela, lalu pulang ke Cile
dengan perasaan tenang,” kata Isabel. Tapi, ternyata ia telah menghabiskan
waktu 13 tahun di Venezuela, dan sejak 1987 menetap di California, AS.
Lima tahun
pertama Aurora dibesarkan oleh kakek-nenek Tao Chien-Eliza, sebelum berada dalam
didikan Paulina. Masa kanak-kanak di pecinan timbul-tenggelam dalam kenangan
Aurora setelah dewasa. Mata kanak-kanaknya menyaksikan beberapa orang tak
dikenal menikam rusuk Tao Chien hingga tergeletak bersimbah darah,
dan tewas mengenaskan. Kelak Aurora
tahu, orang-orang yang menganiaya Tao Chien adalah anak buah penyeludup
gadis-gadis Cina dalam bisnis pelacuran di San Fransisco. Tao Chien menyisihkan
pendapatannya guna menyelamatkan gadis-gadis malang itu. Aurora juga tahu
betapa menyesalnya Tao Chien lantaran gagal menyelamatkan Lynn dari kematian.
Itu sebabnya ia menghabiskan sisa umurnya untuk membesarkan Aurora. Di bagian ini, Allende rinci menggambarkan
betapa celakanya menjadi Cina di San Fransisco masa itu. Mereka seperti kutu
yang mesti dibasmi. Karena itulah Eliza menginginkan Aurora tumbuh sebagai
perempuan Amerika sejati, hingga ia menyerahkan anak-haram itu pada Paulina,
nenek dari pihak ayah.
Hubungan gelap
selanjutnya tersingkap setelah kepulangan Matias. Masa itu Paulina sudah hijrah
ke Cile. Setelah melancong di Eropa, ayah biologis Aurora pulang dengan membawa
penyakit kelamin. Amanda Lowell menyelamatkan Matias hingga ia sampai juga ke
pangkuan ibunda, Paulina. Celakanya, Amanda adalah perempuan paling dicari
Paulina di masa lalu. Feliciano (suaminya) pernah berselingkuh dengan bekas
wanita penghibur kelas atas San Fransisco itu. Namun, karena ketulusan cinta
Amanda pada Matias, nyala kebencian Paulina padam. Ia berdamai dengan dua
hubungan gelap yang telah mencoreng kehormatan keluarganya. Frasa “jeruk bali” yang digunakan penerjemah
sebagai analogi bagi penyakit batu ginjal Paulina rasanya sedikit mengganggu,
meski maksudnya tentu hendak merumuskan teks terjemahan yang kontekstual dengan
pembaca Indonesia. Selebihnya, alih-bahasa yang langsung dari edisi Spanyol (Retrato En Sepia, 2000) begitu subtil, kreatif,
dan terukur.
Sebagai novelis
migran, yang tak terlupakan adalah “hubungan gelap” Allende dengan rupa-rupa
peristiwa bersejarah di Cile, tanah airnya. Perseteruan antara sayap liberal--tapi membelot sebagai pendukung regim
miiter presiden Macelda--dengan kubu
konservatif pada 1891 yang menewaskan ribuan orang menjadi artefak ingatan yang
terpahat dalam novel ini. Begitu pula dengan patriotisme angkatan muda dalam
revolusi Cile sebagaimana tampil dalam sosok Severo. “Kau sudah kehilangan satu
kaki. Bila kehilangan satu kaki lagi, kau akan tampak seperti orang cebol,” kata
Paulina saat Severo bertolak ke medan tempur untuk sekian kalinya. Potret Lynn dalam
warna sepia yang bagi Aurora menjadi satu-satunya pintu masuk guna mengurai
silsilahnya, juga menjadi alegori bagi upaya keras Allende dalam menyingkap
sejarah kelam bangsanya. Dalam The Art and Craft of
The Political Novel (1989-terj Ronny Agustinus, 2010), Allende menegaskan; Aku berasal dari Amerika Latin,
negeri penuh orang gila dan gonjang ganjing politik—tanah yang begitu luas dan
mendalam, indah dan menakutkan, sampai-sampai hanya novel yang bisa menjabarkan
kompleksitasnya…
DATA BUKU
Judul : Portrait
in Sepia (Potret Warna Sepia)
Penulis : Isabel Allende
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Penerjemah :
Ronny Agustinus
Cetakan :
I, Februari 2012
Tebal : 406 halaman
Comments
event blogger: menulis di blog dapet android, ikutan yuk!