Survei Darat dan Survei Udara
Survei Litbang Kompas terkini membukukan elektabilitas
JKW-MA sebesar 49,2%, dan Prabowo-Sandi sebesar 37,4%. Dalam pandangan analis
amatir seperti saya, tak ada yang perlu diragukan dari hasil survei yang
dilakukan dalam rentang waktu 22 Februari-5 Maret 2019 itu. Sebab, angka
tersebut adalah gambaran tentang trend preferensi
yang normal dan alamiah. Bahwa ada data tentang
trend penurunan elektabilitas JKW-MA dari hasil survei Oktober 2018 sebesar
3,4%, sementara ada trend kenaikan elektabilitas Prabowo-Sandi sebesar 4,7%,
secara statistik, itu adalah dinamika yang lazim dan tak mengherankan. Mengingat minimnya trend penyusutan angka undecided voters, bahkan dalam rentang
waktu 6 bulan hanya turun sebesar 1,3% (dari 14,7% ke 13,4%), justru penurunan elektabilitas
JKW-MA menurut saya, adalah bagian dari proses pemadatan menuju pemilih pasti, dan tak mungkin goyang lagi. Sementara trend kenaikan Prabowo-Sandi sebesar 4,7% dalam trend
penurunan pemilih mengambang hanya 1.3%,
dapat berarti kenaikannya bukan berasal dari segmen yang baru, tapi
akibat dari pergeseran preferensi pemilik JKW-MA dalam fase pemadatan menuju pemilih matang.
Alih-alih meragukan hasil survei itu,
saya malah ingin membandingkannya dengan grafik
popularitas temuan data berjalan hasil pantauan udara. Rentang waktu
penghitungan saya samakan dengan durasi survei Litbang Kompas; 22
Februari s.d 5 Maret 2019. Sebagaimana biasa, saya menggunakan instrumen penghitung
data digital berbasis SNA, Media Kernels, dengan wilayah pencarian yang meliputi lima
media: Online News, Facebook, Instagram, Twitter, dan Youtube. Berikut temuan
saya;
![]() |
Sumber: Media Kernels |
Dalam jangka
waktu 6 bulan terakhir, pasangan JKW-MA terhitung memiliki volume perbincangan sebesar 55%, sementara Prabowo-Sandi sebesar 45%. Dengan
demikian, selisih keunggulan JKW-MA dalam variabel popularitas hanya 10% (hampir mendekati selisih keunggulan elektabilitas JKW-MA atas Prabowo-Sandi pada survei Litbang
Kompas). Namun, angka di atas
adalah hasil akumulasi dari temuan pada lima (5) platform media. Sementara kalau
dirinci atau dipilah pada masing-masing platform, berikut temuannya; (1) Online News; JKW-MA 62%-Prabowo-Sandi 38% (selisih 24%),
(2) Twitter; JKW-MA 55%-Prabowo-Sandi 45% (selisih 10%), (3) Facebook; JKW-MA
55%-Prabowo-Sandi 45% (selisih 10%), (4), Instagram: JKW-MA 51%-Prabowo-Sandi
49% (selisih 2%), (5) Youtube; JKW-MA 54%-Prabowo-Sandi 46% (selisih 8%).
Temuan data berjalan Media Kernels tentang popularitas Paslon 01 dan Paslon 02 ternyata
hampir sama dengan temuan survei Litbang Kompas, terutama pada selisih
keunggulan elektabilitas JKW-MA atas Prabowo-Sandi, meskipun parameter popularitas di medsos dengan elektabilitas (kedipilihan) pada Pilpres
2019 tentulah berbeda. Tapi setidaknya, dapat saya katakan bahwa bila selisih
keunggulan petahana dari penantang kian menyempit pada fase 1 bulan menjelang
pencoblosan, maka kesenjangan atau ketidaksingkronan antara data yang berasal
dari dunia nyata (data survei) dengan data hasil pantauan dunia maya, ternyata juga sedang berangsung-angsur menyempit. Hanya saja, berdasarkan temuan yang lebih
spesifik, tentu dengan akurasi kata kunci, Media
Kernels masih dapat merinci temuan bahwa keunggulan telak JKW-MA atas Prabowo-Sandi terjadi di platform Media Online, sementara “pertarungan sengit” terjadi di
platform Instagram dan Youtube. Di platform Instagram, selisih keunggulan
JKW-MA bahkan hanya terpaut 2% saja. Oleh karena itu, kepada para pendukung masing-masing kandidat, mari berlomba-lomba merebut hati pemilih dengan konten-konten kreatif, tinggalkan
propaganda dan agitasi, tetap damai dan
riang gembira…
@damhurimuhammad
Comments