Kisah Tak Sudah, Kasih Tak Sampai







Yang Tumbuh dari Waktu, karya Aidil Usman
Acrylic on Paper. A3. 2020


Seperti tukang kayu kehilangan ketam, begitulah ia kehilangan waktu. Perjalanan yang ia tempuh hanya menghasilkan serbuk gergaji. Kisah-kisah melimpah seperti air yang terus mengucur di cangkir yang sejatinya sudah penuh. Diisi terus diisi, hingga 15 tahun berlalu. Ia terperanjat kaget seperti pengembala pulang lebih awal karena mendung petang bersekutu dengan kilat dan petir, sementara ada satu tambang tali sapi mengkal yang abai diungkai. Demikianlah satu kisah terbengkalai yang ia tinggalkan. Ibarat sebuah rumah, fondasinya sudah tertanam, bata merah sudah tinggi, rangka atap sudah terpasang, tapi seng dan talang air berkarat di lantai. Rumah tak sudah itu lapuk. Kisah tak tuntas itu seperti makhluk renta dengan bentuk tak sempurna. Seperti kiambang di kolam dangkal. Pucuk layu, akar tiada. "Hai telpon pintar! Mana Tuanmu? Sampaikan pesanku; kembalikan saja kisah lawasnya ke asal mulanya. Rata tanahkan saja rumah tak sudah yang ia bangun di masa lalu. Pastikan dua centang biru!" begitu permohonan terbaca di layar gawainya. "Aku tak mungkin menggulung waktu, hai Kisah Lamaku. Tapi percayalah, yang tak selesai dulu, kini sudah khatam. Aku menuliskannya di atas batu, yang terbuat dari rindu yang membeku di pembuluh darahku," balas Juru Kisah, dalam pesan yang tak akan pernah berstatus centang biru... 


Damhuri Muhammad


Comments

Popular Posts