Kelelawar yang Terkapar di Halaman




Bagaimana tidurnya bisa pulas, bila mimpi buruk merasuki hidupnya seperti kebiasaan membasuh muka saban pagi? Ia menggandeng Hayatunnufus menyeberang sungai. Dalam riang sambil bercengkrama, arus deras menggelosor saja dari hulu. Hujan besar. Pegangan lepas. Tanpa satu teriakan pun, Hayatunnufus digulung air. Ia menggapai-ngapai sekuatnya. Tubuh kekasihnya timbul-tenggelam. Kian lama kian tak terkejar. Makin samar, lalu hilang. “Aku tak bisa menerima kehilanganmu!” begitu selalu suara terdengar dari bilik lusuhnya. Saking lamanya ia digasak mimpi buruk dengan tubuh mandi peluh, di punggungnya tumbuh sepasang sayap. Malam selanjutnya, kepalanya menciut dengan mata hitam mengerikan, dan akhirnya sempurna sebagai Kelelawar. Malam ia kelayapan, sebelum terbit fajar ia pulang, lalu melungkar sebagai manusia. Dalam tidur itu, tentu ia kembali  bermimpi tentang kekasih yang hilang. Di dunia luar orang-orang berburu Kelelawar. Sebab, dari hewan itulah virus (yang sudah membunuh banyak orangberasal. Saat melubangi jambu setengah matang di kebun orang, sebutir peluru bersarang di ubun-ubunnya. Kepalanya retak. Sayapnya sobek parah. “Kukirim kau ke Neraka!” teriak si pemburu, bersamaan dengan terkaparnya si Kelelawar di halaman rumah seorang ibu  bernama  Hayatunnufus. “Ia kesakitan. Hantam dengan satu peluru lagi, agar tuntas penderitaannya,” kata Hayatunnufus pada suaminya. Dalam posisi menelentang dengan napas satu-satu, si Kelelawar menatap Hayatunnufus, lakon utama mimpi buruknya selama belasan tahun. Pemburu bertangan dingin telah mengantarkan ia pada cinta-hidup, sekaligus cinta-matinya…


Damhuri Muhammad
2020










Comments

Popular Posts