Pohon Masa Depan









Ia suka membuat layang-layang. Mengudarakannya bersama ayah saat angin berkesiur kencang. Tapi yang paling disukainya saat bersama ayah adalah menanam pohon. Saat menanam, ia selalu diminta naik ke pundak ayah. Ia bertengger, ayahnya jongkok, membenamkan bibit. Entah apa rahasia menanam sambil menggendong anak. Yang tumbuh-meninggi dari tanganmu, kelak akan meninggikan dirimu!  Sekali waktu mereka menanam bibit pohon asing, yang kelak dinamai; Pohon Masa Depan. Menebang pohon yang kau tanam, sama dengan menumbangkan kehormatanmu.  Itu kali terakhir ia bersama ayah. Dini hari, tubuh ayahnya dipapah sekelompok orang. Berlumur darah. Ibunya terisak-isak. Kata orang, ayahnya diterkam harimau saat mencari kayu di hutan. Menjelang dewasa ia tahu, ayahnya dihabisi komplotan begundal. Dituduh mengadukan penebangan liar pada aparat, hingga para begundal itu diburu seperti  celeng. Pohon Masa Depan tinggi menjulang. Bila ada yang lebih tinggi dari pohon itu, lelaki itulah orangnya. Tinggi jabatannya kini, melebihi semua pohon yang pernah ditanamnya. Area persawahan tempat  bermain masa kecilnya, sedang dalam pembebasan lahan. Pohon Masa Depan akan ditebang. Warga menolak. “Bereskan segera!” perintah si pejabat tinggi pada anak buahnya. Setelah nego berkali-kali, penebangan direstui. Tol selesai. “Good Job, Pak Menteri!” kata Presiden selepas menggunting pita. Menteri terpuji menunduk, lalu memandang puing pohon besar itu. Ia bagai melihat potongan-potongan tubuh ayahnya di situ. Patahan-patahan waktu saat ia bertengger riang di pundak ayah muncul silih berganti. Melenggok-lenggok di angkasa, seperti layang-layang mini yang dulu diterbangkannya bersama ayah.

Damhuri Muhammad 
2020

*Cerita ini dipanggungkan oleh aktor Derry Oktami, Juni 2020

Comments

Popular Posts