Yang Bergincu Menjelang Sore


Dansa Sore Hari, karya Aidil Usman
Acrylic on Paper. A3. 2020



Bila hari sudah senja, ia akan keluar dari kebun. Ember berisi pupuk, ceret penyiram dan perkakas berkebun, ia simpan. “Waktunya berdandan!” gumamnya. Ia mandi, melumuri tubuhnya dengan parfum, dan memilih gaun, sesuai warna hatinya hari itu. Sebelum musik menyala, ia pastikan semua pintu terkunci. “Lama sekali kau tiba!” katanya pada lelaki di hadapannya, yang baru saja menjelma dari gumpalan angin, setelah menyelusup lewat lubang kunci. Tanpa beralibi, lekas ia lingkarkan tangannya di pinggang perempuan itu. Dalam posisi hampir berpelukan, mereka berdansa. Satu lagu berlalu, lelaki itu kembali menjadi gumpalan angin. Sunyi. Demikian peristiwa saban senja di rumah itu. Orang-orang tahu, ia sendirian. Suaminya entah. Anak-cucu lebih entah lagi. “Sekali waktu, aku ingin berdansa denganmu di rimbun kebunku!” mohonnya. “Jangan gila! Wujudku tak bisa dilihat orang, Sayang!” Jagat maya gempar. Video nenek berdansa sendirian di tengah kebun--tapi seolah sedang bersandar di dada pasangannya--viral. “Nenek kurang piknik!” kata Rimbaya, lalu memperlihatkan layar ponsel pada kakeknya. “Coba Nenek masih ada, pasti jingkrak-jingkrak. Hebringnya sama. Hiks!” Si kakek pura-pura ketawa. Tak butuh lama ia menonton video itu. Nenek viral itu adalah mantan istrinya. Almarhumah nenek Rimbaya telah merampas dirinya dari tangan nenek viral itu. Rimbaya tak tahu, bila neneknya masih ada, video itu tak akan bikin ia ikut tertawa, tapi hanyut dalam rasa berdosa, sebagai pelakor sukses...


Damhuri Muhammad
2020

Comments

Popular Posts