SYAHID DALAM CINTA



Dipiuh Mata Angin, karya Aidil Usman
Acrylic on Paper. A3.2020 

"Ijinkan aku ikut melaut! Hanya itu caraku membasmi rasa takut kehilanganmu!" mohon gadis itu. "Badai mengintai di mana-mana, Adinda!" bujuk si lelaki pelaut itu. "Aku akan pulang dengan tangkapan besar. Selepas itu aku akan berhenti, lalu berkhidmat sebagai petani. Kau tak akan digilas cemas lagi. Tak bakal dianiaya rindu lagi." Si gadis mengancam, jika tak diijinkan ia tak bakal menanti lagi. Mula-mula gelombang ringan saja. Perahu melaju tanpa halangan. Tapi, ketika semestinya kawanan pelaut menghirup kesenyapan di laut tenang selepas bekerja keras menumpuk tangkapan, satu hempasan meretakkan rusuk perahu. Layar kembar sobek di sana-sini. Seperti daun dimakan ulat. Perahu oleng tak reda-reda. Ikan hasil tangkapan berloncatan. Bersamaan dengan kawanan pelaut yang terpelanting satu per satu. Dalam satu hentakan napas, perahu terbalik, menelungkup di permukaan yang terus bergejolak. "Andai kau sabar saja menanti. Tak akan menderita seperti ini," kata lelaki pelaut, sambil mendekap erat tubuh gadisnya di antara puing-puing perahu. Jangan menyesal, Kanda. Daripada teraniaya dalam rindu, aku memilih syahid dalam cinta...


Damhuri Muhammad

Comments

Popular Posts